Prof. H.D. Hidayat: Santri Laksana Sajaroh Thoyyibah
Reporter: Sarah Hajar Mahmudah, LLM
Peringatan Hari Santri Nasional yang diperingati setiap tanggal 22 Oktober masih memberikan makna dan pencerahan mendalam bagi santri khususnya bagi mahasantri dan civitas UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Berikut ini kami lampirkan lengkap isi pemaparan materi dalam acara Peringatan Hari Santri Nasional yang diselenggarakan di Autorium Harun Nasution, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jumat 1 November 2024.
Prof. Dr. KH. HD Hidayat Pimpinan Pesantren Sabilussalam mengatakan tema hari ini adalah “menggenggam tradisi menjulang prestasi”, dalam terjemahan bahasa Arabnya bunyinya begini “Ashluha tsabitun wa faroha fis samaa.” Pesantren termasuk kalimah thoyyibah, harusnya pesantren di dalamnya ada santri dan lainnya itu seperti sajaroh tyoyyibah, akarnya menghujam di dalam bumi dan cabang-cabangnya menjulang tinggi di langit. Terjemahan Arabnya lebih gagah ya! Dijelaskan bahwa sajaroh thoyibah itu menghasilkan buah yang bisa dimakan, lezat dan setiap saat berbuah (berprestasi terus). Coba sebutkan buah apa yang terus berbuah? Seperti anggur, jambu batu, pepaya, terus berbuah dan enak rasanya. Jadi semua santri itu harus begitu, harus berprestasi, berproduksi dan sebagainya. Tapi siapa yang membuat santri begitu? Yaitu Allah! Semua tujuannya adalah Allah. Baik dalam ucapan, sikap, perbuatan, harus begitu.
Foto: Penampilan Hadroh dari Mahasantri Ma'had al Jami'ah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta membawakan sholawat dan dzikir dalam acara Peringatan Hari Santri Nasional di Autorium Harun Nasution UIN Jakarta, Jumat (1/11/2024)
Kedua santri itu secara definitif yaitu peserta didik yang tinggal bersama-sama di suatu tempat dan mempejalari/mendalami ilmu agama islam, termasuk alumninya. Bahkan menurut KBBI, santri adalah orang yang rajin beribadah/orang saleh. Dalam penelitian Grits, orang islam di jawa terbagi jadi santri, abangan dan priyayi. Santri di situ termasuk orang-orang dewasa, digunakan untuk pengertian sebagai orang dewasa yang rajin beribadah.
Selanjutnya adalah pesantren. Apakah fungsi pesantren dalam pendidikan di Indonesia. Di indonesia ada pendidikan umum mulai dari TK sampai perguruan tinggi umum, Kedua pendidikan bercirikan khas islam, mulai dari RA sampai PTKI. Ketiga adalah pendidikan keagamaan formal seperti ulaa, wustha dan ma’had ali. Selanjutnya ada juga pendidikan keagamaan non-formal, ada juga pendidikan keagamaan islam pesantren. Bisa pesantren sebagai satuan pendidikan (pesantren yang khusus ada kyai, materi/kitab, santri) atau dalam kata lain pesantren salafi. Lalu ada satuan pendidikan pesantren tapi tidak membaca kitab kuning, yaitu pesantren dirasat islamiyah dengan pola pendidikan muallimin seperti gontor tidak mengkaji kitab kuning. Itulah pesantren, ada yang merupakan satuan khusus pendidikan. Terakhir pesantren satuan pendidikan ini bisa membuka pendidikan lain, seperti MI, MTS, MA bahkan mendirikan perguruan tinggi umum. Begitu luas pesantren.
Ciri-ciri khusus pesantren yang salafiyah sudah banyak kita tahu dalam hal tujuan, materi, metode dan media pembelajaran dan lainnya. Kemudian saya ingin kita hidupkan pesantren di abad ke-21, yaitu era revolusi industri 4.0, lalu masuk lagi di era society 5.0. Saya juga tidak begitu paham, karena ini dikaitkan dengan era informasi siber. Disini sikap pesantren ada tiga. Satu, yang konservatif tidak berinovasi tetap menggunakan cara lama. Kedua, integratif yang memadukan cara-cara tradisional dengan sistem informasi yang virtual. Pesantren juga mengambil manfaat dari kemajuan teknologi tanpa menghilangkan tradisi yang bagus. Ketiga, pesantren yang betul-betul bebas ingin betul-betul mengikuti kemajuan zaman.
Dunia pendidikan, khususnya Islam, berhubungan dengan sosial, budaya dan lainnya sehingga tidak bisa berdiri sendiri. Pesantren itu sangat banyak cakupannya, sebagai salah satu contoh di pesantren Drajat mereka punya perusahaan air minum, kapal udara untuk media pembelajaran sekolah udara di sana. Kemudian pendidikan sangat tergantung pada teori-teori lain. Bagaimana pun canggihnya teknologi saat ini, bahkan mobil kini sudah tanpa supir, sudah ada AI, bahkan nanti bisa jadi pesantren tidak memerlukan guru lagi. Bisa jadi cukup hanya operator. Apakah pesantren akan sampai ke situ? Tapi apakah kecerdasan buatan akan bisa menghalahkan ciptaan Allah. Tapi internet dan sebagainya tidak memiliki yang tidak dimiliki manusia yaitu hati, rasa dan bahasa/komunikasi interaktif dan ekspresif, terakhir tidak punya karakter. Intinya tidak punya akhlak, tabiat, sifat, mereka tergantung bagaimana manusia men-setting nya. Dan yang membuat manusia bisa berbuat seperti itu adalah Allah swt. Bagaimana pun canggihnya teknologi, tapi tetap perhatikan pergaulan dan sebagainya. Lalu bagaimana pesantren menghadapi kemajuan jaman ini? Ada slogan yang selalu berlaku yaitu “al muhafadzah ala qadim al-shalih wa al-akhdzu bi al-jadid al-ashlah.”
Sebelumnya, Rektor UIN Syarif Hidayatullah, Prof. Asep Saepudin Jahar, M.A., Ph.D mengingatkan bahwa Hari Santri Nasional menjadi momentum para santri untuk mengingat betapa peran santri memiliki nilai-nilai yang sangat agung, mulia dari tradisi, hormat kepada Kyai, mengaji dan selalu komitmen.
https://mahadaljamiah.uinjkt.ac.id/id/uin-jakarta-gelar-sarasehan-hari-santri-nasional-2024
Sementara itu Kepala Pusat Ma'had Al-Jami'ah Dr. KH. Muhammad Suryadinata, M.A juga mengingatkan bahwa berdirinya negara ini adalah berkat hasil perjuangan daripada Ulama dan Santri oleh karena itu ada yang namanya resolusi jihad melawan penjajah yakni pada 22 Oktober 1945.
"Makna santri yaitu berlomba-lomba dalam kebaikan, penerus perjuangan ulama, orang yang meninggalkan kemaksiatan dan kejahatan, ridho terhadap perintah-perintah Allah dan memiliki keyakinan yang kuat. Kalau ada nilai-nilai ini, meskipun dari sekolah umum, maka dia termasuk kedalam santri,"