KH Syarif Rahmat: Keberadaan Pesantren Menjaga Keutuhan Ajaran Islam
Reporter: Sarah Hajar Mahmudah, LLM
Peringatan Hari Santri Nasional yang diperingati setiap tanggal 22 Oktober masih memberikan makna dan pencerahan mendalam bagi santri khususnya bagi mahasantri dan civitas UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Berikut ini kami lampirkan lengkap isi pemaparan materi dalam acara Peringatan Hari Santri Nasional yang diselenggarakan di Autorium Harun Nasution, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jumat 1 November 2024.
KH Syarif Rahmat: RA. S.Q., MA. Pimpinan Pesantren Ummul Quro mengatakan salah satu satu jaminan selamat yang disiapkan para ulama adalah “ittisholu sanad” atau “intishorul amal.” Umat islam sering mendengar hadith تَرَكْتُ فِيْكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوْا مَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا : كِتَابَ اللهِ وَ سُنَّةَ yang berarti aku tinggalkan di tengah-tengahmu dua perkara yang selama kamu semua berpegang teguh pada keduanya pasti kamu tidak akan tersesat selamanya, yaitu kitabullah dan sunnah rasul. Semua sepakat mengamalkan hadith ini, sayangnya ini memakan banyak korban. Karena belakangan semangat kembali ke Quran dan Hadith berpegang pada hadith ini, sehingga ketika ada masyarakat yang berbuat atau beramal lalu ditanya mana dasar ayat atau hadith tapi tidak bisa memberikan, mereka seringkali dilabeli ahli bid’ah karena tidak ada dalilnya. Lalu berapa banyak orang islam indonesia yang menjadi bid’ah dadakan, berapa banyak kyai yang menjadi musyrik dadakan, dan berapa banyak santri yang menjadi kafir tiba-tiba gara-gara hadith ini?
Padahal Rasulullah saw tidak hanya memberikan hanya dua pegangan. Rasul juga pernah bersabda “Aku tinggalkan di tengah kamu, sesuatu yang jika kamu berpegang teguh padanya tidak akan tersesat selamanya.Yaitu Al-Quran dan keluargaku.” Rasul juga pernah bersabda “Berpegang teguhlah kalian pada dua orang sepeninggalku yaitu Abu Bakar dan Umar.” Di hadith lain rasul juga pernah bersabda saat berdialog dengan muad bin jabal “Bagaimana kamu akan menyelesaikan persoalan jika disampiakan padamu. Muad menjawab: Aku akan menyelesaikan dengan kitabullah? Jika tidak menemukannya di kitabullah? Muad menjawab: Aku akan memecahkannya dengan sunnah rasulullah. Jika kamu tidak menemukannya? Muad menjawab: Aku akan mengguakan kemampuan nalarku dan aku tidak akan ragu-ragu dengan itu.” Rasul pun membenarkan jawaban Muad tersebut.
Foto: Drama Musikal mahasantri Ma'had al Jami'ah UIN Syarif Hidayatullah mengetengahkan aksi keprihatinan atas genosida Israel di tanah Palestina, Jumat 1 November 2024. (Foto: Humas UIN Jakarta)
Dalam hadits lain Rasul juga mengatakan bahwa harus berpegang teguh pada sunnahku dan khulafaur rasyidhin. Juga dalam hadith lain, “Para sahabatku yang banyak itu seperti bintang di lautan, kamu boleh memiliki atau mengikuti yang manapun dan kamu akan sampai tujuan dan benar jalanmu dan dapat petunjuk.” Dalam hadith lain “Para ulama adalah pewaris para nabi. Para nabi tidak mewariskan dinar atau dirham, tapi mewariskan ilmu.” Ada juga statemen dari Abdullah bin Mubarak “Rangkaian periwayatan agama/sanad itu bagian dari agama. Jika orang diperbolehkan membicarakan agama tanpa sanad maka orang akan berbicara sesukanya.” Bisa kita simpulkan dari berbagai hadith itu bahwa jaminan masuk surga ada banyak, diantaranya:
- Al-Quran
- Sunnah
- Ahlul Bayt
- Khulafaur Rasyidin
- Sahabat Nabi
- Ijtihad
- Ulama
- Isnad
Dengan berpegang pada hal tersebut, sehingga pegangan seseorang untuk bisa masuk surga itu tidak sesempit hanya Quran dan Hadith. Sehingga orang awam yang tidak menguasai Quran dan Hadith pun bisa punya kesempatan masuk surga, misalnya dengan mengikuti sahabat nabi, atau ikut ahlul bayt, atau ikut ulama atau mengikuti sanad keagamaan.Dan pesantren adalah lembaga pendidikan yang menjaga sanad tersebut.
Santri adalah komunitas yang dalam mempelajari agama memiliki kartu garansi, karena belajar agama dari kyai nya dan kyai-kyainya lagi dan pada akhirnya sampai pada Rasulullah saw. Sehingga insya allah santri sudah terjamin agamamu, jadi kalau ada yang protes dan membid’ahkan sebenarnya dia telah membid’ahkan suatu jaminan yang sudah diizinkan Rasulullah. Pendidikan yang diajarkan di pesantren adalah satu-satunya jalur yang insya allah dijamin pasti benar. Oleh karena itu keberadaan pesantren sangat penting untuk menjaga keislaman, jadi untuk mengetahui wajah islam yang benar ya hadirnya di pesantren.
Namun permasalahannya di Indonesia saat ini pesantren wajahnya berubah karena definisi santri saat ini tidak lagi berasal dari kata cantrik yang berarti murid yang belajar pada suhu gurunya Sekarang pesantren berubah, tetap menggunakan kata pesantren namun sistemnya sudah beda. Pesantren sendiri adalah tempat dimana pembelajaran agama dipelajari secara bertahap dan utuh mulai dari awal hingga akhir. Namin resikonya mondok di pesantren yang seperti ini memang membutuhkan waktu yang lama. Sedangkan para santri sudah tidak sabar dan dituntut bekerja ataupun menikah. Pada bagian lain santri dituntut untuk mengambil yang baru. Namun sayangnya banyak kasus ketika membuat inovasi di pesantren, justru yang asalnya yang hilang. Ada sebuah contoh, dulu ada sebuah pesantren pertanian di Bogor, akhirnya bertaninya tidak panen dan ngaji juga tidak selesai.
Di pesantren saya, saya coba terjemahkan banyak kitab dengan terjemahan saya sendiri disertai dengan nadhamannya. Sehingga sebuah kitab yang biasanya bisa dihafal dalam kurun waktu setahun bisa diselesaikan dalam waktu dua bulan. Karena bagaimanapun menyampaikan sesuatu dengan bentuk hiburan lebih menarik dibanding dengan menggunakan matan utuh.
Pengalaman saya, santri yang sukses itu yang punya waktu tidak umum Dulu saya menghafal al-Quran sambil kuliah membutuhkan waktu satu tahun karena harus menghafal 30 juz. Bagiaman bisa? Ketika mahasiswa lain menghafal saya tidur, tapi ketika yang lain tidur saya menghafal. Itulah yang membedakan saya dengan teman-teman yang lain. Tapi jangan sampai orang lain menghafal kita tidur, yang lain tidur kita tetap tidur.
Kemudian, santri adalah komunitas yang paling berjasa di negeri ini. Contohnya dulu ada raja terlibat konflik dengan saudaranya di sebuah keraton. Setelah istikhara dia mendapat petunjuk (sebuah gambaran) ternyata dia bertemu dengan santri. Dengan peran santri tersebut permasalahan konflik dua bersaudara itu bisa diselesaikan. Jika misalnya hari ini negeri terpecah belah yang bisa menyelesaikan hanya santri. Dan jika hari ini palestina tidak selesai-selesai, UIN boleh usul tolong bawa perwakilan Israel – Palestina untuk dimediasi santri. Saya ingin walaupun di kampus sudah garang dan gagah, kalian santri sudah gagah di universitas namun harus tetap ingat sekali santri tetap santri harus jaga keikhlasa. Bahwa puncah ilmu santri adalah tasawuf bahwa Allah merupakan tujuan.
Majunya dan suksesnya pesantren itu ada tiga pola yaitu kultur, struktur dan figur. Yang kultur biasanya salafi, yang struktur biasanya muhammadiyah dan yang figur biasaya NU. Saya kira UIN termasuk yang struktur makanya maju, tidak lagi ada penuhanan terhadap pimpinannya. Tapi jika pimpinannya lurus maka akan maju dan selamanya akan diikuti santrinya. Dan saya berharap di masa depan UIN bisa memenuhi ketiga pola tersebut. Saya tidak sabar menunggu kapan kira-kira UIN Jakarta punya kultur yang utuh dan struktur yang handal, kalau figur saya percaya rektor UIN jakarta selalu yang terbaik.
Prof. Dr. KH. HD Hidayat Pimpinan Pesantren Sabilussalam mengatakan tema hari ini adalah “menggenggam tradisi menjulang prestasi”, dalam terjemahan bahasa Arabnya bunyinya begini “Ashluha tsabitun wa faroha fis samaa.” Pesantren termasuk kalimah thoyyibah, harusnya pesantren di dalamnya ada santri dan lainnya itu seperti sajaroh tyoyyibah, akarnya menghujam di dalam bumi dan cabang-cabangnya menjulang tinggi di langit. Terjemahan Arabnya lebih gagah ya! Dijelaskan bahwa sajaroh thoyibah itu menghasilkan buah yang bisa dimakan, lezat dan setiap saat berbuah (berprestasi terus). Coba sebutkan buah apa yang terus berbuah? Seperti anggur, jambu batu, pepaya, terus berbuah dan enak rasanya. Jadi semua santri itu harus begitu, harus berprestasi, berproduksi dan sebagainya. Tapi siapa yang membuat santri begitu? Yaitu Allah! Semua tujuannya adalah Allah. Baik dalam ucapan, sikap, perbuatan, harus begitu.
Sementara itu, Prof. Dr. KH. HD Hidayat Pimpinan Pesantren Sabilussalam mengingatkan tema HSN 2024 d i UIN Jakarta adalah “menggenggam tradisi menjulang prestasi”, dalam terjemahan bahasa Arabnya bunyinya begini “Ashluha tsabitun wa faroha fis samaa.” Pesantren termasuk kalimah thoyyibah, harusnya pesantren di dalamnya ada santri dan lainnya itu seperti sajaroh tyoyyibah, akarnya menghujam di dalam bumi dan cabang-cabangnya menjulang tinggi di langit. Terjemahan Arabnya lebih gagah ya! Dijelaskan bahwa sajaroh thoyibah itu menghasilkan buah yang bisa dimakan, lezat dan setiap saat berbuah (berprestasi terus). Coba sebutkan buah apa yang terus berbuah? Seperti anggur, jambu batu, pepaya, terus berbuah dan enak rasanya. Jadi semua santri itu harus begitu, harus berprestasi, berproduksi dan sebagainya. Tapi siapa yang membuat santri begitu? Yaitu Allah! Semua tujuannya adalah Allah. Baik dalam ucapan, sikap, perbuatan, harus begitu.
https://mahadaljamiah.uinjkt.ac.id/id/prof-hd-hidayat-santri-laksana-sajaroh-thoyyibah-