Wajib dicontoh!! Lebih dari 2 dasawarsa Ma’had berkecimpung dalam pendidikan tingkat perguruan tinggi bahkan mata kuliahnya dapat diintegrasikan dengan fakultas. Sayangnya, studi banding kali ini tidak mengikutsertakan Rektor bahkan pihak yang berwenang untuk menyaksikan langsung betapa pentingnya peran Ma’had untuk generasi Islami yang sesungguhnya. UIN Malang WAJIB DICONTOH dalam sistem secara struktural dan kultural, ditambah dukungan penuh dari pihak universitas, hingga kepala pusat Ma’had menduduki posisi penting dalam jajaran rektorat. Motto “Ngaji dulu atau Kuliah dulu” artinya kegiatan mahasantri harus didahului kebutuhan bathiniah sebelum mendekap pada duniawiyah. Bahkan ma’had memiliki andil besar dalam penerimaan mahasiswa baru yaitu tidak boleh melebihi kamar yang telah disediakan Ma’had karena selama 1 tahun, mahasiswa sekaligus menjadi mahasantri UIN Malang. Di samping sistem yang terintegrasi, struktur dan pembagian tugas telah tertata. Posisi Musyrif/ah harus dilelang dan berdasarkan seleksi yang ketat seperti mahir bahasa inggris, bahasa arab, fasih membaca kitab dan loyalitas. Sedangkan Murabbi/ah mempunyai tanggungjawab besar dan harus fokus dalam pengawasan mahasantri karena itu wajib lulus S1 dan mengikuti seleksi. Tidak tanggung-tanggung, untuk menghargai peran Musyrif/ah, universitas memberikan beasiswa berprestasi selama kuliah karena mampu mengalahkan pendaftar lainnya untuk mendapatkan posisi tersebut. Dengan target penuntasan dibidang kebahasaan asing, hatam al-Qur’an, dan sholat jama’ah maghrib dan shubuh maka mahasantripun diberikan penghargaan berupa sertifikat dan dinyatakan menjadi santri professional. Saya berfikir dan berusaha mencari solusi dalam bertindak bagaimana Ma’had mampu menjawab permasalahan akhlak di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Tapi, saya rasa saya tidak mampu! Saya butuh kerjasama tim dari pihak internal (pengurus yang solid) disertai dukungan moril dari pihak universitas untuk pengambilan kebijakan. (Nurkhasanah/Mnj. Pendidikan/Smt VI)