Siraman Rohani: Membangun Pribadi Mulia
Berita Ma’had, 21 Maret 2018. Telah diselenggarakannya “Siraman Rohani” yang bertempat di Aula Student Center (SC) Ma’bna Syaikh An-Nawawi (MSN) pada pukul 21.00 – 22.30. Yang mana kegiatan ini disampaikan langsung oleh Kepala Pusat Ma’had Al-Jami’ah Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Dr. KH. Akhmad Sodiq, M.A. Kegiatan ini merupakan inisiatif dari Murobbi dan Mudabbir Mabna Syaikh An-Nawawi sebagai upaya peng-upgrade-an iman dan motivasi seluruh Mahasantri Mabna Syaikh An-Nawawi untuk lebih rajin dalam beribadah dan belajar.
Acara Siraman Rohani ini dimulai dengan pembukaan, pembacaan Tilawatil Qur’an dan Shalawat yang dilantunkan oleh salah seorang Qari’ Mabna Syaikh An-Nawawi, Aang Syaiful Ma’arif, Mahasiswa Fakultas Ushuluddin Jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Semester 4. Kemudian sambutan yang disampaikan langsung oleh Pengasuh Mabna Syaikh An-Nawawi Ust. Utob Thobroni Lc, MCL. Dalam sambutannya Ust. Utob berpesan agar Mahasantri bisa mengambil advantage (keuntungan/ hikmah) dari tausyiah yang disampaikan Dr. Akhmad Sodiq, M.A. Dan merupakan golden challenge (kesempatan emas) bagi Mahasantri karena mendapatkan tausyiah langsung dari Kepala Pusat Ma’had Al-Jami’ah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Kemudian dilanjutkan dengan “Siraman Rohani” yang disampaikan oleh Kepala Pusat Ma’had Al-Jami’ah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Dr. Akhmad Sodiq, M.A. Dalam tausyiahnya Dr. Akhmad Sodiq mengimbau dan mengingatkan kepada Mahasantri untuk terus meningkatkan ketaatan (Ibadah) kepada Allah, Rajin dan Pintar. Karena ini merupakan kunci sukses seorang Muslim.
Dalam aspek Ketaatan kepada Allah beliau berpesan agar Mahasantri harus bisa bangun sebelum shalat subuh untuk melaksanakan shalat malam (Tahajjud) dan melaksanakan shalat rawatib (shalat 5 waktu) secara berjamaah dan tepat waktu. Beliau menambahkan bahwa tidak ada orang Islam yang sukses yang tidak melaksanakan shalat tahajjud. Beliau mengambil contoh kepada Muhammad Al-Fatih yang berhasil menaklukan Konstantinopel (Spanyol) karena salah satu faktor terbesarnya yaitu Al-Fatih selalu melaksanakan shalat malam. Bahkan, prajuritnya (tentara Al-Fatih) semuanya adalah ahli shalat malam dan tidak meninggalkan shalat 5 waktu secara berjamaah ujar Dr. Akhmad Sodiq.
Beliau mengatakan bahwa “Shalat Malam merupakan pesta Ruhaniah bagi kekasih-kekasih Allah, maka jika anda (Mahasantri) tidak melaksanakan maka menangislah kepada Allah karena anda belum menjadi kekasih Allah atau orang yang spesial di hadapan Allah. Menangislah (berdoa) agar dimudahkan dalam melaksanakan shalat malam”.
Dalam aspek kerajinan beliau berpesan agar mahasantri bisa hidup bersih, mempunyai kamar yang bersih dan rapih, jika melihat sesuatu yang kotor baik di koridor (lorong), tempat umum dan kamar mandi maka langsung dibersihkan, tidak harus disuruh terlebih dahulu. Terutama rajin dalam beribadah dan membaca buku.
Dalam aspek kepintaran beliau berpesan agar Mahasantri rajin membaca buku, mampu berpikir kritis, dan logis. Dalam hal ini beliau juga berpesan agar Mudabbir bisa membuat kegiatan-kegiatan yang juga membantu melompatkan (meningkatkan) potensi dan kemampuan Mahasantri. Pada kegiatan membantu beliau pun berpesan dengan satu hadis Nabi Muhammad yang berbunyi “Siapa yang senang membantu orang lain di dunia maka Allah akan membantunya di akhirat” (Mutafaqun ‘Alaih). Beliau melanjutkan, karena itu manfaatkanlah waktumu dengan sebaik-baiknya selama di Ma’had tingkatkan kemampuan dan potensi yang dimiliki dan carilah pengalaman sebagai bekalmu.
Setelah selesai menyampaikan sedikit wejangan sebagai siraman rohani dan motivasi kepada seluruh Mahasantri, Dr. Akhmad Sodiq kemudian menguatkan tausyiahnya dengan menyampaikan beberapa kajian teori kepada Mahasantri yaitu “Membangun Pribadi Mulia”.
Dr. Akhmad Sodiq, mengatakan bahwa “Dalam membangun Pribadi Mulia hal pertama yang perlu dilakukan yaitu membangun karakter (perilaku/tingkah laku) mulia. Ketika berbicara mengenai karakter maka berbicara mengenai nilai (baik buruknya sesuatu). Orang dapat dikategorikan baik apabila ia melakukan sesuatu yang baik seperti jujur, amanah, bertanggung jawab, suka menolong, dan hal-hal lain yang menunjukkan kebaikan. Begitupun sebaliknya orang akan dikatakan berkarakter jelek (buruk) apabila melakukan sesuatu yang buruk seperti berbohong, mencuri, membunuh dan hal-hal lain yang menunjukkan kejelekan (keburukan). Oleh karena itu, baik buruknya seseorang ditentukan dari karakter yang ada padanya.
Dr. Akhmad Sodiq melanjutkan materinya dengan memaparkan model holistik pendidikan karakter menurut Lickona (1992), yaitu knowing the good (mengetahui kebaikan), feeling the good (merasakan kebaikan), dan acting the good (melakukan kebaikan). Orang dikatakan berkarakter baik apabila memiliki 3 ciri diatas, yaitu mengetahui sesuatu perbuatan itu baik, merasakan kebaikan itu dan ditunjukkan dengan melakukan kebaikan itu sendiri.
Pada aspek ini Dr. Akhmad Sodiq menjelaskan bahwa jauh sebelum Lickona, Imam Ghozali (w.1111) telah menetapkan model holistik pendidikan karakter yaitu:
- المعا رف yaitu seseorang yang sudah mengetahui sesuatu ilmu (kebaikan) tetapi masih sebatas di kepala (teori);
- الحال yaitu seseorang yang sudah mengetahui sesuatu ilmu tetapi baru sampai dihatinya, hanya merasakannya belum melakukan kebaikan tersebut;
- الفعل yaitu seseorang yang sudah mengetahui sesuatu ilmu, merasakan ilmu tersebut dan mengamalkannya.