Setiap Muslim Harus Menjaga Kebersihan Ma'nawiyah dalam Dirinya
Setiap Muslim Harus Menjaga Kebersihan Ma'nawiyah dalam Dirinya

Artikel Kajian Tafsir Tematik

Dr. KH Muhammad Suryadinata, M.Ag.

"Setiap Muslim Harus Menjaga Kebersihan Ma'nawiyah dalam Dirinya"

Kapus Ma'had Sendiri di MSH

Kebersihan jasmani meliputi kebersihan ma'nawiyah dan jasadiah. Kebersihan ma'nawiyah yaitu kebersihan yang bersifat abstrak dan poin poinnya itu adalah kebersihan dari perbuatan musyrik, perbuatan dosa besar dan kecil. Kebersihan yang dimaksud bersih dari perbuatan syirik, tidak tersentuh oleh keonaran orang-orang kafir. Begitu juga termasuk daripada kebersihan ma'nawiyah.

Kebersihan ma'nawiyah pertama, Seorang muslim seyogyanya suci dari perbuatan dosa, zina dan fahisah lainnya. Kemudian bersih daripada perbuatan dosa-dosa lainnya seperti musyrik dan sebagainya. Ini bagian dari kebersihan ma'nawiyah yaitu yang bersifat abstrak.

Kedua, Lanjutannya adalah bersih dari perbuatan dosa. Jadi kalau seorang muslim berdosa berarti ia kotor secara ruhaninya. Jadi hal-hal yang abstrak yang ghaib, yang tidak terlihat. Hal itu termasuk perbuatan dosa karena Ia tidak bersih jiwanya, ruhiyahya. Hal ini bisa kita lihat dari Surat al Ahzab ayat 33.

وَقَرْنَ فِيْ بُيُوْتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْاُوْلٰى وَاَقِمْنَ الصَّلٰوةَ وَاٰتِيْنَ الزَّكٰوةَ وَاَطِعْنَ اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗۗ اِنَّمَا يُرِيْدُ اللّٰهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ اَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيْرًاۚ ۝٣٣

Wa qarna fî buyûtikunna wa lâ tabarrajna tabarrujal-jâhiliyyatil-ûlâ wa aqimnash-shalâta wa âtînaz-zakâta wa athi‘nallâha wa rasûlah, innamâ yurîdullâhu liyudz-hiba ‘angkumur-rijsa ahlal-baiti wa yuthahhirakum tath-hîrâ

Artinya Tetaplah (tinggal) di rumah-rumahmu dan janganlah berhias (dan bertingkah laku) seperti orang-orang jahiliah dahulu. Tegakkanlah salat, tunaikanlah zakat, serta taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah hanya hendak menghilangkan dosa darimu, wahai ahlulbait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.

Ini bagian dari maknawiyah yang abstrak bagian dari bersih perbuatan dosa. Dalam kalimat

وَقَرْنَ فِيْ بُيُوْتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْاُوْلٰى

Dalam hal ini Allah berfirman khususnya kepada kaum wanita untuk tetap tinggal di rumah-rumahnya dan janganlah berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang jahiliah terdahulu.

 وَاَقِمْنَ الصَّلٰوةَ وَاٰتِيْنَ الزَّكٰوةَ وَاَطِعْنَ اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗۗ

Dalam ayat ini Allah juga meminta kepada wanita muslimah untuk megakkan salat, tunaikanlah zakat, serta mentaati Allah dan Rasul-Nya.

 اِنَّمَا يُرِيْدُ اللّٰهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ اَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيْرًاۚ

Karena sesungguhnya Allah hanya hendak menghilangkan dosa darimu, wahai ahlulbait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.

Ini menunjukkan bahwa kita harus bersih dari perbuatan dosa. Inilah yang dikatakan kebersihan maknawiyah yang abstrak. Jadi kalau bersih dari kotoran dari najis, misalnya kotoran manusia, kotoran binatang itu bersih secara jasmaniah. Kalau kebersihan ma'nawiyah itu bukan bersih dari kotoran tapi dari dosa yang kita lakukan. Kebersihan dari kotoran bukan kebersihan dari maknawiyah, tapi bagian dari kebersihan jasmaniah. Jasmaniah kita ini, tubuh kita ini jangan ditempeli dengan kotoran binatang atau kotoran manusia dan najis-najis yang lainnya.

Ketiga, kemudian kalamullah atau firman Allah juga suci yang dimaksud kalamullah adalah al Qur’an dan terjemahannya. Jadi Mushaf al Qur'an ini suci kita juga harus suci. Sucinya orang Islam bagaimana caranya yaitu kita wudhu karena kita memegang kitab yang suci, Mushaf al Quran itu juga suci. Mengapa al Qu'an suci karena berisi kalamullah, sedangkan kalamullah itu suci. Kita bisa lihat di Surat al Waqiah ayat 79

لَّا يَمَسُّهٗٓ اِلَّا الْمُطَهَّرُوْنَۙ ۝٧٩

lâ yamassuhû illal-muthahharûn

Artinya: Tidak ada yang menyentuhnya, kecuali para hamba (Allah) yang disucikan.

Disucikan disini artinya sudah beriman yaitu seseorang yang sudah membaca dua kalimat syahadat. Orang tersebut menjadi muslim. Biasanya di setiap mushaf al Quran tertulis kalimat ini "lâ yamassuhû illal-muthahharûn" artinya Tidak ada yang menyentuhnya, kecuali para hamba-hamba Allah yang disucikan. Karena setiap orang mukmin suci tapi ada yang lebih hati-hati lagi walaupun ia sudah mukmin tetap harus ia harus mengambil wudhu dulu kalau mau membaca al Quran. Itu mayoritasnya, orang Islam wajib wudhu dulu sebelum menyentuh dan membaca al Quran karena itu lâ yamassuhû illal-muthahharûn ini termasuk kebersihan maknawiyah kebersihan yang bersifat abstrak.

Kemudian dari kalamullah ini ada penjelasan bahwa al Qur’an bukanlah perkataan jin yang diturunkan kepada para dukun atau kahana (Bahasa Arab) yang dibisikkan setan. Dahulu, tuduhan orang-orang kafir kepada Nabi Muhammad SAW kala itu menuduh Rosulullah sebagai kahin atau dukun. Dukun bisa dikatakan kepanjangannya adalah duduk tekun karena itu disebut dukun.

Pada poin keempat ini kalamullah adalah ayat-ayat al Quran yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril. Kalamullah itu suci, kalau kahin dukun tidak suci. Kemudian dijawab oleh Al Quran dalam surat Surat al Bayyinah ayat 8:

لَمْ يَكُنِ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا مِنْ اَهْلِ الْكِتٰبِ وَالْمُشْرِكِيْنَ مُنْفَكِّيْنَ حَتّٰى تَأْتِيَهُمُ الْبَيِّنَةُۙ ۝١

lam yakunilladzîna kafarû min ahlil-kitâbi wal-musyrikîna munfakkîna ḫattâ ta'tiyahumul-bayyinah

Orang-orang yang kufur dari golongan Ahlulkitab dan orang-orang musyrik tidak akan meninggalkan (kekufuran mereka) sampai datang kepada mereka bukti yang nyata,

رَسُوْلٌ مِّنَ اللّٰهِ يَتْلُوْا صُحُفًا مُّطَهَّرَةًۙ ۝٢

rasûlum minallâhi yatlû shuḫufam muthahharah yaitu seorang Rasul dari Allah dalam hal ini Nabi Muhammad SAW yang membacakan lembaran-lembaran suci Al-Qur’an. Ini adalah jawaban al Quran terhadap tuduhan orang-orang kafir, orang-orang musyrik.

Nabi itu bukan dukun artinya dia adalah rosulum minallah, rosul itu artinya utusan. Kalau kata Mursalin artinya orang-orang yang diutus oleh Allah. rasûlum minallâhi yatlû shuḫufam muthahharah (yaitu) seorang Rasul dari Allah (Nabi Muhammad) yang membacakan lembaran-lembaran suci (Al-Qur’an). Bukan lembaran dukun yang datang dari setan maupun jin.

Inilah sanggahan al Quran atas tuduhan nabi Muhammad dianggap sebagai dukun karena mempunyai mu’jizat dan mereka orang kafir dan musyrik tidak bisa mengalahkannya. Mu’jizat yang dahsyat yaitu mu’jizat yang sudah ilmiah artinya dibuktikan dengan akal dan pikiran. Kalau nabi-nabi sebelumnya mu’jizatnya tentang kedigjayaan, misalkan ada dukun bisa mengeluarkan atau merubah bentuk tali bisa menjadi ular maka dilayanilah dengan seperti itu juga. Tongkat Nabi Musa menjadi ular juga.

Kalau Al Quran benar-benar bukti ilmiah karena semua ilmu pengetahuan yang baru diketahui akhir-akhir ini seperti teori big bang atau penciptaan bumi, teori proses manusia diciptakan sudah ada di al Qur'an sejak 1400 lebih tahun yang lalu. Mereka orang-orang kafir dan musyrik itu tidak mengakui Tuhannya satu, mereka itu ingin tuhannya banyak. Nah itu masih dari bagian kebersihan maknawiyah atau abstrak,.

Kelima, kebersihan ma'nawiyah disini adalah harta yang bersih secara ma'nawiyah. Begitu juga harta juga harus sehat secara ma'nawiyah. Sehat yang dimaksud disini baik bagiaman harta itu diperoleh. Kebersihan harta ini juga termasuk kebersihan maknawiah. Harta  memang suci tapi kalau harta diperoleh dari cara yang haram ya harta tersebut ya haram. Kesehatan atau kebersihan harta secara ma'nawiyah bisa dilihat dari surat At taubah ayat 103.

خُذْ مِنْ اَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيْهِمْ بِهَا وَصَلِّ عَلَيْهِمْۗ اِنَّ صَلٰوتَكَ سَكَنٌ لَّهُمْۗ وَاللّٰهُ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌ ۝١٠٣

khudz min amwâlihim shadaqatan tuthahhiruhum wa tuzakkîhim bihâ wa shalli ‘alaihim, inna shalâtaka sakanul lahum, wallâhu samî‘un ‘alîm

Artinya: Ambillah zakat dari harta mereka (guna) menyucikan dan membersihkan mereka, dan doakanlah mereka karena sesungguhnya doamu adalah ketenteraman bagi mereka. Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

Dalam surat At Taubah ayat 103 ini kalimat Khudz adalah fi’il amru dari kata Akhodza ya’khudzu, khudz yang artinya ambilah. Jadi dalam kalimat awal ayat ini

خُذْ مِنْ اَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً ت تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيْهِمْ بِهَا

Ambillah zakat dari harta mereka unuk menyucikan dan membersihkan mereka. Dengan zakat dan sedekah inilah harta dibersihkan secara ma'nawiyah. Kalimat berikutnya

وَصَلِّ عَلَيْهِمْۗ اِنَّ صَلٰوتَكَ سَكَنٌ لَّهُم

Yang artinya dan doakanlah mereka karena sesungguhnya doamu adalah ketenteraman bagi mereka.

Jadi kalau kita keluarkan zakat dan kita sudah wajib jadi muzakki keluarkan zakatnya. Harta kita sudah berlimpah itu untuk memberi ketenteraman jiwa. Coba saja sudah kaya raya sudah wajib zakat kemudian orang itu tidak mau harta dikeluarkan zakatnya. Maka hidup orang itu tidak akan tenang. Ini kata al Qur’an pasti tidak tenang hidupnya dan juga nanti (naudzubillah) banyak musibahnya. Akhirnya, keluar keluar juga bisa saja dengan kebakaran atau musibah musibah lainnya jika tidak dibersihkan harta tersebut.

وَاللّٰهُ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌْۗ

Allah itu Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Ini berkenaan dengan harta yang bersih secara ma'nawiyah.

Keenam, kemudian yang termasuk kebersihan maknawiyah juga adalah suci dalam artian perempuan yang tidak pernah dsentuh laki-laki manapun dan juga sebaliknya.

Dalam surat al Baqarah ayat 25 Allah SWT berfirman:

وَبَشِّرِ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ اَنَّ لَهُمْ جَنّٰتٍ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُۗ كُلَّمَا رُزِقُوْا مِنْهَا مِنْ ثَمَرَةٍ رِّزْقًاۙ قَالُوْا هٰذَا الَّذِيْ رُزِقْنَا مِنْ قَبْلُ وَاُتُوْا بِهٖ مُتَشَابِهًاۗ وَلَهُمْ فِيْهَآ اَزْوَاجٌ مُّطَهَّرَةٌ وَّهُمْ فِيْهَا خٰلِدُوْنَ ۝٢٥

wa basysyirilladzîna âmanû wa ‘amilush-shâliḫâti anna lahum jannâtin tajrî min taḫtihal-an-hâr, kullamâ ruziqû min-hâ min tsamaratir rizqang qâlû hâdzalladzî ruziqnâ ming qablu wa utû bihî mutasyâbihâ, wa lahum fîhâ azwâjum muthahharatuw wa hum fîhâ khâlidûn

Artinya: Sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang beriman dan beramal saleh bahwa untuk mereka (disediakan) surga-surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai. Setiap kali diberi rezeki buah-buahan darinya, mereka berkata, “Inilah rezeki yang diberikan kepada kami sebelumnya.” Mereka telah diberi (buah-buahan) yang serupa dan di sana mereka (memperoleh) pasangan-pasangan yang disucikan. Mereka kekal di dalamnya. (Surat Al Baqoroh: 25)

وَبَشِّرِ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ

Kata wa basysyirilladzîna adalah fi'lul amru atau kalimat perintah yang artinya sampaikanlah wahai Muhammad kabar gembira kepada orang-orang yang beriman dan beramal saleh 

 اَنَّ لَهُمْ جَنّٰتٍ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُۗ

bahwa untuk mereka yang beriman dan beramal sholeh sudah disediakan surga-surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai. Ini gambarannya (Surga) seperti kita saat pergi ke puncak yang hawa sangat sejuk dengan pepohonan yang rindang penuh dengan warna hijau daun serta ada sungai-sungai dengan air bersih dan sejuk yang mengalir di sepanjang jalan. Betapa indah dan kita merasa senang dan bahagia. Nah gambaran kesenangan dalam ayat ini seperti itu tapi lebih indah lagi di Surga tentunya.

كُلَّمَا رُزِقُوْا مِنْهَا مِنْ ثَمَرَةٍ رِّزْقًاۙ قَالُوْا هٰذَا الَّذِيْ رُزِقْنَا مِنْ قَبْلُ وَاُتُوْا بِهٖ مُتَشَابِهًاۗ وَلَهُمْ فِيْهَآ اَزْوَاجٌ مُّطَهَّرَةٌ وَّهُمْ فِيْهَا خٰلِدُوْنَ

Setiap kali mereka diberi rezeki buah-buahan dari Surga, mereka berkata, “Inilah rezeki yang diberikan kepada kami sebelumnya.” Mereka telah diberi buah-buahan yang serupa dan di sana mereka memperoleh pasangan-pasangan yang disucikan. Jadi dalam ayat ini nanti akan diberikan kepada para penghuni surga pasangan perempuan yang belum pernah disentuh laki-laki manapun yang disebut bidadari dan juga lelaki yang belum pernah disentuh perempuan manapun yang disebut bidadara. Insya Allah kalau di dunia jomblo atau sendiri orang yang beriman dan bertakwa nanti pasti akan medapatkan pasangannya di Surga .

Jadi nanti di surga lelaki sholeh dan beriman dan bertakwa akan diberikan Allah wanita yang belum pernah dijamah oleh lelaki manapun. Hal ini menunjukkan suci atau bersih secara ma'nawiyah.

Ketujuh, Kemudian kebersihan ma'nawiyah juga ada dalam surat Ali Imron ayat 15:

 قُلْ اَؤُنَبِّئُكُمْ بِخَيْرٍ مِّنْ ذٰلِكُمْ ۗ لِلَّذِيْنَ اتَّقَوْا عِنْدَ رَبِّهِمْ جَنّٰتٌ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُ خٰلِدِيْنَ فِيْهَا وَاَزْوَاجٌ مُّطَهَّرَةٌ وَّرِضْوَانٌ مِّنَ اللّٰهِ ۗ وَاللّٰهُ بَصِيْرٌۢ بِالْعِبَادِۚ 

qul a unabbi'ukum bikhairim min dzâlikum, lilladzînattaqau ‘inda rabbihim jannâtun tajrî min taḫtihal-an-hâru khâlidîna fîhâ wa azwâjum muthahharatuw wa ridlwânum minallâh, wallâhu bashîrum bil-‘ibâd

Artinya: Katakanlah, “Maukah aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari yang demikian itu?” Bagi orang-orang yang bertakwa (tersedia) di sisi Tuhan mereka surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya, dan pasangan-pasangan yang suci, serta rida Allah. Dan Allah Maha Melihat hamba-hamba-Nya. (surat Ali Imron: 15)

قُلْ اَؤُنَبِّئُكُمْ بِخَيْرٍ مِّنْ ذٰلِكُمْ ۗ لِلَّذِيْنَ اتَّقَوْا عِنْدَ رَبِّهِمْ جَنّٰتٌ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُ خٰلِدِيْنَ فِيْهَا

Dalam kalimat Qul yang berarti fi'lul amr Katakanlah. Maukah aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari yang demikian itu?” Bagi orang-orang yang bertakwa (tersedia) di sisi Tuhan mereka surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Karena itu sebagai orang Islam kalau kita kita mampu sebaik mungkin melaksanakan perintah Allah dan meninggalkan semua larangan-Nya

وَاَزْوَاجٌ مُّطَهَّرَةٌ وَّرِضْوَانٌ مِّنَ اللّٰهِ ۗ وَاللّٰهُ بَصِيْرٌۢ بِالْعِبَادِۚ

Bagi mereka yang bisa melaksanakan perintah Allah dan meninggalkan semua larangan-Nya akan diberi ganjaran surga dan juga pasangan-pasangan yang suci dan mereka hidup kekal di dalamnya. Laki-laki yang tidak pernah disentuh perempuan manapun atau perempuan-perempuan yang tidak pernah disentuh lak-laki manapun. Ini adalah suci secara ma'nawiyah, lelaki dan wanita yang suci dan tidak pernah disentuh oleh lelaki atau perempuan manapun.

Kedelapan, ada juga kebersihan ma'nawiyah termaktub dalam Surat an Nisa ayat 57

وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ سَنُدْخِلُهُمْ جَنّٰتٍ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُ خٰلِدِيْنَ فِيْهَآ اَبَدًاۗ لَهُمْ فِيْهَآ اَزْوَاجٌ مُّطَهَّرَةٌۙ وَّنُدْخِلُهُمْ ظِلًّا ظَلِيْلًا ۝٥٧

walladzîna âmanû wa ‘amilush-shâliḫâti sanudkhiluhum jannâtin tajrî min taḫtihal-an-hâru khâlidîna fîhâ abadâ, lahum fîhâ azwâjum muthahharatuw wa nudkhiluhum dhillan dhalîlâ

Artinya: Orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan akan Kami masukkan ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Di sana mereka mempunyai pasangan-pasangan yang disucikan dan Kami masukkan mereka ke tempat yang teduh lagi nyaman. (Surat an Nisa: 57)

Janji Allah bagi orang-orang yang beriman dan beramal sholeh nanti di akhirat akan disediakan surga dan pasangan-pasangan yang suci dengan tempat yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, sedangkan mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. 

Jadi ganjaran bagi mereka yang beriman dan beramal sholeh juga dimasukkan ke tempat yang teduh lagi nyaman di Surga. Tentu berbeda bagi dengan kehidupan di dunia yang kadang panas menyengat hingga banyak polusi udara dan suara. Kalau kita berbuat kebaikan, beramal sholeh serta menjalankan seluruh perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya itu nanti disediakan surga serta pasangan-pasangan yang suci. Dan juga di tempat yang teduh tidak kepanasan. Itulah semua ganjaran dari Allah bagi orang-orang yang beriman dan beramal sholeh.

Kesembilan, yang termasuk kebersihan ma'nawiyah adalah perintah Allah bagi manusia terutama orang Islam untuk tidak mengonsumsi barangbarang atau hal-hal yang diharamkan secara dzatiyahnya. Seperti Narkoba, khamar, arak, minuman keras, whiskey dan sebagainya. Barang-barang yang secara dzatiyahnya haram. Ini juga berarti suci kebersihan secara jasmani dan rohani.Jasmaninya jangan menyentuh minuman keras.Hal ini bisa kita lihat dalam surat al 'Arof ayat ke 157:

اَلَّذِيْنَ يَتَّبِعُوْنَ الرَّسُوْلَ النَّبِيَّ الْاُمِّيَّ الَّذِيْ يَجِدُوْنَهٗ مَكْتُوْبًا عِنْدَهُمْ فِى التَّوْرٰىةِ وَالْاِنْجِيْلِ يَأْمُرُهُمْ بِالْمَعْرُوْفِ وَيَنْهٰىهُمْ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُحِلُّ لَهُمُ الطَّيِّبٰتِ وَيُحَرِّمُ عَلَيْهِمُ الْخَبٰۤىِٕثَ وَيَضَعُ عَنْهُمْ اِصْرَهُمْ وَالْاَغْلٰلَ الَّتِيْ كَانَتْ عَلَيْهِمْۗ فَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا بِهٖ وَعَزَّرُوْهُ وَنَصَرُوْهُ وَاتَّبَعُوا النُّوْرَ الَّذِيْٓ اُنْزِلَ مَعَهٗٓۙ اُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَࣖ ۝١٥٧

alladzîna yattabi‘ûnar-rasûlan-nabiyyal-ummiyyalladzî yajidûnahû maktûban ‘indahum fit-taurâti wal-injîli ya'muruhum bil-ma‘rûfi wa yan-hâhum ‘anil-mungkari wa yuḫillu lahumuth-thayyibâti wa yuḫarrimu ‘alaihimul-khabâ'itsa wa yadla‘u ‘an-hum ishrahum wal-aghlâlallatî kânat ‘alaihim, falladzîna âmanû bihî wa ‘azzarûhu wa nasharûhu wattaba‘un-nûralladzî unzila ma‘ahû ulâ'ika humul-mufliḫûn

Artinya: (Yaitu) orang-orang yang mengikuti Rasul (Muhammad), Nabi yang ummi (tidak pandai baca tulis) yang (namanya) mereka temukan tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada pada mereka. Dia menyuruh mereka pada yang makruf, mencegah dari yang mungkar, menghalalkan segala yang baik bagi mereka, mengharamkan segala yang buruk bagi mereka, dan membebaskan beban-beban serta belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Adapun orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya, dan mengikuti cahaya terang yang diturunkan bersamanya (Al-Qur’an), mereka itulah orang-orang beruntung. (Surat al 'Arof: 157)

Dalam ayat ini

اَلَّذِيْنَ يَتَّبِعُوْنَ الرَّسُوْلَ النَّبِيَّ الْاُمِّيَّ الَّذِيْ يَجِدُوْنَهٗ مَكْتُوْبًا عِنْدَهُمْ فِى التَّوْرٰىةِ وَالْاِنْجِيْلِ يَأْمُرُهُمْ بِالْمَعْرُوْفِ

Allah berfirman yaitu orang-orang yang mengikuti Rasul Muhammad, Nabi yang ummi yang artinya tidak pandai baca tulis yang namanya mereka temukan tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada pada mereka.

Jadi nama Nabi Muhammad sudah tertulis, tercantum di dalam Taurat dan Injil. Kedatangan Nabi Muhammad sudah diberitakan kepada kaum sebelumnya. Dalam Taurat dan Injil, misalnya tertulis nama Ahmad yaitu Muhammad yang menyuruh mereka mengerjakan ma'ruf hal-hal baik serta melarang mereka mengerjakan yang mungkar. Perintah kepada mereka yang isinya menganjuirkan mereka melakukan perbuatan yang baik dan mengharamkan segala bagi mereka yang buruk.

وَيَضَعُ عَنْهُمْ اِصْرَهُمْ وَالْاَغْلٰلَ الَّتِيْ كَانَتْ عَلَيْهِمْۗ فَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا بِهٖ وَعَزَّرُوْهُ وَنَصَرُوْهُ وَاتَّبَعُوا النُّوْرَ الَّذِيْٓ اُنْزِلَ مَعَهٗٓۙ اُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَࣖ

membebaskan beban-beban serta belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Adapun orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya, dan mengikuti cahaya terang yang diturunkan bersamanya (Al-Qur’an), mereka itulah orang-orang beruntung.

Ini artinya kita harus menghindari mengonsumsi barang barang yang diharamkan secara dzatiyah ada kelihatan barangnya. Sedangkan kebersihan secara ma'nawiyah tidak mencampur usaha dengan yang halal dengan yang batil. Jangan sampai yang kita punya usaha itu mencampuradukkan yang halal dengan yang batil. Pedagang daging sapi, kambing misalnya. Jangan sampai dia menjual daging sapi yang dicampur dengan daging babi. Ini haram.

Hal ini bisa kita lihat dalam poin kesepuluh di al Qur'an surat an nisa ayat 2:

وَاٰتُوا الْيَتٰمٰىٓ اَمْوَالَهُمْ وَلَا تَتَبَدَّلُوا الْخَبِيْثَ بِالطَّيِّبِۖ وَلَا تَأْكُلُوْٓا اَمْوَالَهُمْ اِلٰٓى اَمْوَالِكُمْۗ اِنَّهٗ كَانَ حُوْبًا كَبِيْرًا ۝٢

wa âtul-yatâmâ amwâlahum wa lâ tatabaddalul-khabîtsa bith-thayyibi wa lâ ta'kulû amwâlahum ilâ amwâlikum, innahû kâna ḫûbang kabîrâ

Artinya: Berikanlah kepada anak-anak yatim (yang sudah dewasa) harta mereka. Janganlah kamu menukar yang baik dengan yang buruk dan janganlah kamu makan harta mereka bersama hartamu. Sesungguhnya (tindakan menukar dan memakan) itu adalah dosa yang besar. (Surat An Nisa: 2)

Dalam surat ini sangat jelas Allah melarang agar orang Islam jangan sampai makan harta anak Yatim, atau mencampur adukkan harta anak yatim dengan hartanya apalgi menukar harta anak yatim yang bagus dengan yang jelek. Perbuatan ini termasuk dosa yang sangat besar. Sayang sekali jika harta kita yang diperoleh secara halal kemudian kita masih juga mengambil harta orang lain yang bukan haknya apalgi harta anak yatim. Inilah yang termasuk kebersihan maknawiyah.

Terakhir, kebersihan ma'nawiyah yaitu tidak melakukan perzinahan dan menuduh orang berzina. Jangan sampai naudzuillah min dalik kita melakukan perbuatan nista seperti itu. Itu akan ternoda kebersihan ma'nawiyah kita jika kita melakukan perbuatan tersebut.

Ini bisa kita lihat pada Surat An Nur ayat 26:

اَلْخَبِيْثٰتُ لِلْخَبِيْثِيْنَ وَالْخَبِيْثُوْنَ لِلْخَبِيْثٰتِۚ وَالطَّيِّبٰتُ لِلطَّيِّبِيْنَ وَالطَّيِّبُوْنَ لِلطَّيِّبٰتِۚ اُولٰۤىِٕكَ مُبَرَّءُوْنَ مِمَّا يَقُوْلُوْنَۗ لَهُمْ مَّغْفِرَةٌ وَّرِزْقٌ كَرِيْمٌࣖ ۝٢٦

al-khabîtsâtu lil-khabîtsîna wal-khabîtsûna lil-khabîtsât, wath-thayyibâtu lith-thayyibîna wath-thayyibûna lith-thayyibât, ulâ'ika mubarra'ûna mimmâ yaqûlûn, lahum maghfiratuw wa rizqung karîm

Artinya: Perempuan-perempuan yang keji untuk laki-laki yang keji dan laki-laki yang keji untuk perempuan-perempuan yang keji (pula), sedangkan perempuan-perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik untuk perempuan-perempuan yang baik (pula). Mereka (yang baik) itu bersih dari apa yang dituduhkan orang. Bagi mereka ampunan dan rezeki yang mulia. (Surat An Nur: 26).

اَلْخَبِيْثٰتُ لِلْخَبِيْثِيْنَ وَالْخَبِيْثُوْنَ لِلْخَبِيْثٰتِۚ وَالطَّيِّبٰتُ لِلطَّيِّبِيْنَ وَالطَّيِّبُوْنَ لِلطَّيِّبٰتِۚ

Perempuan-perempuan yang keji untuk laki-laki yang keji. Begitupula laki-laki yang keji untuk perempuan-perempuan yang keji pula, Sedangkan perempuan-perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik untuk perempuan-perempuan yang baik pula. Karena itu jadilah lelaki atau perempuan yang baik jangan berzina, jangan juga menuduh seseorang berzina tanpa bukti yang kuat serta saksi yang benar. Karena itu merusak kebersihan ma'nawiyah diri kita.

اُولٰۤىِٕكَ مُبَرَّءُوْنَ مِمَّا يَقُوْلُوْنَۗ لَهُمْ مَّغْفِرَةٌ وَّرِزْقٌ كَرِيْمٌࣖ

Mereka (yang baik) itu bersih dari apa yang dituduhkan orang. Bagi mereka ampunan dan rezeki yang mulia. Rejeki yang Mulia itu adalah surga yang dijanjikan Allah bagi orang-orang muslim, mukmin yang melakukan segala perintah Allah dan meninggalkan semua larangan-Nya.Itulah kita harus terbebas dari kotoran jasmani maupun kotoran rohani. (AH)