![a sholeh](https://asset.uinjkt.ac.id/uploads/sRLHqoTO/2016/07/a-sholeh-258x300.jpg)
Oleh : Ahmad Sholeh - 1112016100078 - FITK - P. IPA - Semester IX - Mudabbir Ma'had
“Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula shalat) subuh. Sesungguhnya shalat subuh itu disaksikan (oleh malaikat)”
(Al Israa’ 17:78)
Fact:
Jika kita bicara tentang Ma’had, banyak hal yang bisa kita ingat bagaimana suasana Ma’had sebenarnya, seperti; Pembinaan, Sholat berjama’ah, Kajian Subuh, pelatihan pengembangan mahasantri serta kegiatan-kegiatan lainnya. Dan salah satunya adalah momentum ketika menjelang waktu subuh.
“
Kum Ya Walad” Mungkin merupakan kata yang tabu untuk beberapa kalangan, tidak cukup familiar ditengah masyarakat pada umumnya. Namun, lain halnya jika kata ini diperbincangkan ditengah pelajar yang sempat tinggal atau tengah tinggal di Ma’had. Kata “
Kum Ya Walad” memiliki sensasi tersendiri yang hangat diperbincangkan, seperti tak akan pernah luput dari benak mahasiswa yang mengalami peran sebagai mahasantri. Kalimat itulah yang senantiasa menjadi bisikan nostalgia tersendiri bagi mereka yang telah lama tidak lagi tinggal di Ma’had.
Bagaimana tidak, saat fajar mulai menunjukkan mega merah di ufuk timur dengan suara adzan subuh yang setengah bersahut-sahutan dikumandangkan, kata “
Kum Ya Walad” menjadi bagian dari melodi pagi, menghimbau seluruh mahasantri agar bergegas bangun dari keterlelapannya untuk segera menjalankan shalat subuh berjama’ah. Subhanallah …
Lessons:
Sederhana?... membantu?... dan positif?... Ya, tentu… tapi izinkan penulis untuk menilai, dengan beberapa poin penilaian cukup kontras yang mengartikan hal tersebut sebagai sebuah pembelajaran atau sebuah pembiasaan/”penciptaan refleks baru”. Penilaian dan pandangan mengenai hal tersebut berdasarkan beberapa hal diantaranya:
Pandangan pertama, penulis melihat bahwa hal ini adalah pembiasaan/penciptaan refleks baru. Berbicara tentang sholat, tentu tidak asing lagi jika banyak kaum muslimin mengalami kesulitan untuk menegakkan shalat lima waktu tepat pada waktunya. Bahkan sejujurnya, penulis sendiripun mengalami hal yang serupa, akan sulitnya untuk meningkatkan kedisiplinan dalam menjalankan shalat. Hal ini hampir terjadi pada kelima waktu shalat mulai dari Shalat Dzuhur, Asar, Magrib, Isya dan Subuh. Shalat subuh adalah salah satu waktu shalat dengan rentang waktu paling singkat selain shalat magrib. Untuk ukuran orang awam, shalat subuh juga menjadi waktu shalat yang cukup sulit didirikan tepat pada waktunya, karena waktu sholat subuh tiba saat sebagian besar kaum muslimin sedang terlelap dalam tidur.
Fenomena tersebut mungkin dapat diatasi dengan saling membangunkan satu sama lain, atau dengan meminta orang yang dianggap terbiasa bangun pagi untuk membangunkan temannya yang lain saat Adzan subuh berkumandang, “
Kum Ya Walad”. Memang, hal ini tentu menjadi suatu kewajiban bagi setiap muslim untuk saling mengingatkan satu sama lain apalagi dalam hal shalat. Namun, apabila hal ini menjadi suatu kebiasaan, tentu hal tersebut bukan malah memperbaiki keadaan, tapi justru akan membuat seseorang malah bergantung pada orang lain yang membangunkannya untuk melaksanakan shalat dan akan menjadikan seseorang abai akan seruan adzan ketika dikumandangkan. Sifat ketergantungan inilah yang dikhawatirkan akan berdampak pada perubahan perilaku sebagai akibat dari aktivitas yang dibiasakan.
Pada isu yang berbeda dengan konteks yang serupa, ilmuan Rusia bernama Ivan Pavlov mengembangkan penelitian ini yang dikenal dengan teori pembiasaan klasikal (
Classical Conditioning) yaitu teori yang mendasari prosedur
penciptaan refleks baru dengan cara mendatangkan stimulus sebelum terjadinya refleks tersebut (Terrace, 1973). Dalam teori belajar, pembiasaan klasikal (
Classical Conditioning) dianggap sebagai Behaviorisme menurut sudut pandang proses pembelajaran. Penelitian ini mungkin relevan jika disandingkan dengan fenomena “
Kum Ya Walad” tersebut.
Point pentingnya adalah membiasakan diri untuk bangun sendiri tanpa harus dibangunkan itu sangat disarankan. Wallahu’alam… semoga kita dapat memperoleh pelajaran.
Pandangan lain (kedua) penulis artikan bahwa, hal ini adalah suatu hal positif dalam bentuk tanggung jawab dan loyalitas antar sesama kaum muslimin untuk saling mengingatkan dan mengajak satu sama lain pada kebaikan.
Kummu ya auladi kumu, kumu… laqod intahaa liwaqtinaum, haza waqti lissolat…, uzkuru ni’matallah.. wasykuru, wala takfuru.
(Bangun wahai anakku, bangun…, bangun,… ini waktunya sholat bukan waktu untuk tidur. Ingatlah lah nikmat Allah, syukurilah dan janganlah kau kufur)
Lebih jauh dari makna kalimat diatas, jika kita mengambil pelajaran dari setiap kata demi kata, kalimat-per-kalimat, tak dipungkiri hal ini seperti sebuah wejangan dalam menjalani hidup bagi seorang pelajar ditengah bumi perantauan. Kita bisa ambil pelajaran dari kalimat tersebut, dimana kita dihimbau kembali untuk selalu ingat akan maksud, tanggung jawab dan tujuan kita selama menjadi seorang pelajar. Kita diharapkan untuk segera bangkit (
Kum) dari gemerlap godaan dan cobaan hidup yang sering menghadang setiap jengkal perjuangan kita untuk menimba ilmu. Apalah daya, “semakin tinggi kita mendaki, semakin hebat tiupan angin menerjang, tak boleh gontai setiap kaki berpijak tetap kukuh menorehkan jejak”. Kita juga harus senantiasa bersyukur dan memaksimalkan segala nikmat dan kesempatan yang telah Allah berikan selama kita hidup.
“La tansa…an talbasuu siyabakum jayyidan, siyaabakumuttokhiroh liannana nahnu nusholli wala nal’abu”.
(jangan lupa, pakailah pakaian yang baik dan pakaian yang bersih, karena kita akan melaksanakan sholat bukan bermain)
Untuk dapat menjalani hal tersebut (mencapai tujuan yang kita cita-citakan, tentu saja dengan ridho Allah SWT), sejatinya senantiasa kita juga perlu memperhatikan sikap dan perilaku kita, meninggalkan kebiasaan buruk, sikap pemalas dan perbuatan maksiat, diawali dengan hal yang mudah, demi memprioritaskan nilai-nilai keimanan, ketakwaan dan aqidah. Hal inilah yang akan menjadi identitas dan “gaya busana” bagi kita dalam menjalani kehidupan sehari-hari, belajar dan berprestasi serta memenukan jati diri. Semoga apapun yang kita lakukan dapat perkenaan dan ridho Allah SWT.
Wallahu’alam bissawaab, salam…
Ahmad Soleh