ESENSI AKHLAK KEPADA SESAMA MANUSIA
ESENSI AKHLAK KEPADA SESAMA MANUSIA
Oleh : Muhamad Rizki Malik (Mahasantri Mabna Syekh Abdul Karim)   Pengertian Akhlak Para ulama ilmu akhlak merumuskan definisinya dengan berbeda-beda tinjauan yang dikemukakannya, salah satu yang akan penulis utarakan adalah pendapat dari Ibnu Maskawih yang mengatakan : حَالٌ لِلنَّفْسِ دَاعِيَةٌلَهَا أِلَي أَفْعَالِهَا مِنْ غَيْرِفِكْرٍوَلَارَوِيَّة Artinya : Akhlak ialah keadaan jiwa yang selalu mendorong manusia berbuat, tanpa memikirkan (lebih lama). Dalam konteks ini, Ibnu Maskawih menekankan bahawa akhlak adalah keadaan jiwa yang selalu menimbulkan perbuatan yang gampang di lakukan dan yang disebut akhlak adalah seluruh perbuatan manusia. Dari beberapa definisi dan juga yang tertera atas pendapat Ibnu Maskawih, penulis menarik definisi lain bahwa akhlak adalah perbuatan manusia yang bersumber dari dan dalam dorongan jiwanya.   Akhlak Kepada Sesama Manusia Pada dasarnya, akhlak terbagi menjadi 2 macam jenis
  • Al-Akhlaku al- Mahmud’ah (akhlak baik atau terpuji)
Perbuatan baik terhadap Tuhan, sesama manusia dan makhluk makhluk yang lain .
  • Al-Akhlaku al- Madhmumah (Akhlak buruk atau tercela)
Perbuatan buruk terhadap tuhan, sesama manusia dan makhluk makhluk yang lain. Dalam pembahasan ini, penulis akan membahas mengenai esensi akhlak terhadap sesama manusia.   Firman Allah Swt. اِنَّآاَخْلَصْنَهُمْ بِخَالِصَةٍ ذِكْرَى الدَّارِ Artinya : Sungguh, Kami telah mensucikan mereka dengan (menganugerahkan) Akhlak yang tinggi kepadanya yaitu selalu mengingatkan (manusia) kepada negeri akhirat. (QS. Shaad : 46) Dari penjelasan di atas Akhlak merupakan anugrah. Jika kita mengamalkan akhlak kepada hal-hal yang baik maka dampaknya pun akan baik untuk diri kita sendiri atau pun orang lain, seperti yang akan penulis bahas mengenai akhlak baik terhadap sesama manusia, diantaranya :
  1. Al-Shafaqah, yaitu sikap yang selalu ingin berbuat baik dan menyantuni orang lain
Rasulullah SAW bersabda : خَابَ عَبْدٌ وَلَمْ يَجْعَلِ اللَّهُ تَعَالَ فِى قَلْبِهِ رَحْمَةًلِلبَشَرِ Artinya: Merugilah seseorang hamba, yang dalam hatinya tidak di beri Allah sifat belas kasihan terhadap orang lain. HR ibnu Asakir, yang bersumber dari Amri bin Hubai.
  1. Al-Ikhaa’, yaitu sikap jiwa yang selalu ingin berhubungan baik dan bersatu dengan orang lain
  2. Al-Nasiihah, yaitu memberi nasiahat atau suatu upaya untuk memberi petujuk-petunjuk yang baik kepada orang lain
  3. Al-Nasru, yaitu suatu upaya untuk membatu orang lain, agar tidak mengalami suatu kesulitan atau memberi pertolongan. Dalam HR. Bukhary dan Muslim di katakan bahwa Rasulullah SAW bersabda:
لِيَنْصُرَالرَّجُلُ أَخَاهُ ظَا لِمًا أَوْمَظْلُوْمًا Artinya: Hendaklah seseorang itu suka memberi pertolongan kepada saudaranya; baik yang menganiaya, maupun yang dianiaya.
  1. Kazmu al- Ghaizi, ( Menahan Amarah), yaitu upaya menahan emosi, agar tidak dikuasai oleh perasaan marah terhadap orang lain
  2. Al-hilmu (sopan santun), yaitu sikap jiwa yang lemah lembut terhadap orang lain
  3. Al-`Afwu (Suka memaafkan), Yaitu sikap dan prilaku seseorang yang suka memaafkan kesalahan orang lain.
Dari penjelasan di atas, jika seseorang dapat mengamalkan dan mengaplikasikan dalam kehidap sehari hari, maka jelas menghormati manusia, menguatkan persaudaraan atas dasar iman, kemanusiaan dan kebangsaan dan juga menguatkan kepekaan kepedulian dan tanggung jawab akan terealisasi dan terciptanya kemakmuran dalam kehidupan  bermasyarakat. Akan tetapi akan bertolak belakang jika apa yang dilakukan seseorang merupakan Al-Akhlaku al- Madhmumah atau akhlak buruk kepada sesama manusia seperti mudah marah (Al-Ghadab), iri hati atau dengki (Al-hasadu atau Al-Hiqdu), Mengumpat (Al-Ghibah), sombong, sikap kikir (Al-Bukhlu), dan berbuat aniaya (Al-Zumlu). Maka itu akan membuat suatu kehancuran akhlak dalam bermasyarakat dan persaudaraan, bahkan itu akan membuat suatu kebinasaan dalam sebuah bangsa sepeti yang dikatakan Syauqi Bey, bahwa اِنَّمَاالأُمَمُ الأَخْلَاقُ مَا بَقِيَتْ فَا ءِنْ هُمُوْاذَهَبَتْ اَخْلَا قُهُمْ ذَهَبُوْا Artinya: “kekalnya suatu bangsa selama kekalya akhlak, jika akhlaknya lenyap, musnah pula lah bangsa itu” Dari penjelasan tersebut, penulis dapat menyimpulkan bahwa akhlak merupakan hal yang paling penting dalam kehidupan, karena itu bisa menjadi cerminan diri seseorang. Dan pribadi manusia yang dicontohkan dalam Islam, adalah manusia yang selalu dekat dengan Tuhan-nya dan selalu baik dengan sesamanya. Karena itu, persoalan akhlak harus menjadi sifat utama dalam setiap individu manusia, untuk mendorong segala macam perbuatannya sehingga harapannya untuk mencapai kebahagiaan dalam hidupnya akan tercapai. Bisa penulis simpulkan banyak pejabat atau kepala daerah terjerat kasus pidana suap, korupsi dan sengketa. Bukan karena mereka bodoh, mereka semua orang pintar akan tetapi iman dan akhlak mereka tidak dibarengi dengan intelektual mereka sehingga hal-hal seperti itu lah yang sering terjadi dan menimpa mereka.