
Oleh : Faizal Zakki Muttaqin ( 11150340000061 / Mudabbir Ma'had Syeikh Abdul Karim - Mahasiswa Fakultas Ushuluddin)
Assalaamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh
Alhamdulillah kita masih diberi kesehatan oleh Allah SWT, sehingga kita masih bisa beraktivitas dengan badan yang sehat serta segar bugar. Ini adalah nikmat Allah SWT yang tidak tertandingi, Maka wajib bagi kita setiap waktu harus bersyukur kepada Allah SWT.
Baik, ana sedikit ingin membahas tentang majelis ilmu.
Berlomba-lomba dalam mendatangi majelis ilmu
Teman-temanku serta guru-guruku yang di muliakan oleh Allah SWT, mendatangi majelis ilmu adalah penting, agar kita bisa membersihkan diri kita, hati kita dengan menghadiri majelis ilmu. Membentengi diri kita dengan mengikuti kajian-kajian ilmu serta membuka wawasan kita.
Habib Hasan Bin Ja’far Assegaf salah satu pimpinan majelis Nurul Musthofa, mengatakan:
“
Tidak pernah rugi orang yang menghadiri majelis ilmu, karena majelis ilmu itu adalah bagaikan taman syurga yang di dalamnya di penuhi ketenangan hati.”
Maka dari itu pentingnya majelis ilmu.
Para ulama salaf kita adalah orang-orang yang sangat bersemangat dalam mendatangi pengajian dan majelis ilmu. Mereka berlomba-lomba menjadi orang yang pertama kali mendatangi majelis ilmu, maka kita sebagai generasi selanjutnya harus bersemangat dalam mendatangi majelis ilmu, khususnya pemuda dan pemudi.
Kisah Syaikh Abdullah bin Hamud Az-Zubaidi
Syaikh Abdullah bin Hamud Az-Zubaidi rahimahullah menuntut ilmu dan berguru kepada Syaikh Abu Ali Al-Qooli rahimahullah. Syaikh Abu Ali mempunyai kandang hewan di samping rumahnya. Beliau mengikat hewan-hewannya di dalamnya. Pada suatu ketika, muridnya, yaitu Syaikh Abdullah Az Zubaidi rahimahullah tidur di kandang hewan tersebut agar dapat mendahului murid-muridnya yang lain untuk menemui Syaikh Abu Ali sebelum mereka berkumpul belajar di sekeliling beliau supaya dia bisa bertanya sebanyak-banyaknya sebelum teman-temannya yang lain berkumpul.
Maka qadarulloh Ta’ala, pada suatu malam Syaikh Abu Ali keluar dari rumahnya menjelang fajar terbit. Syaikh Az-Zubaidi terbangun dan berdiri mengikuti gurunya tersebut dalam kegelapan malam. Syaikh Abu Ali merasakan ada seseorang yang sedang mengikutinya. Maka dia takut dan menyangka ada pencuri yang bermaksud untuk mencelakainya. Beliau berteriak seraya berkata,“Siapa itu?“ Maka Syaikh Az-Zubaidi menjawab,“Saya muridmu, Zubaidi“. Syaikh Abu Ali berteriak lagi seraya berkata,“Sampai kapan Engkau akan mengikutiku? Demi Allah, tidak ada di atas bumi ini seorang pun yang lebih faham ilmu nahwu melebihi dirimu!“
[1]
Demikianlah motivasi yang membaja untuk menuntut ilmu. Motivasi yang mendorong adanya kerelaan untuk tidur bersama hewan-hewan ternak agar bisa lebih dahulu menemui gurunya dan belajar ilmu darinya sebelum murid-murid yang lain berdatangan.
Kisah Ja’far bin Durustuwaih
Ja’far bin Darustuwaih rahimahullah berkata,“Kami memesan (memboking) tempat di majelis ilmu ‘Ali bin Madini pada waktu ashar hari ini untuk majelis besok hari. Maka kami duduk di tempat itu sepanjang malam. Kami takut ada orang lain yang mendahuluiku menempati tempatku ini besok untuk mendengarkan hadits. Aku juga melihat seorang yang sudah tua di majelis yang buang air kecil dalam sebuah wadah kecil sambil menutupkan bajunya sampai selesai karena dia takut ada orang yang mengambil tempat duduknya jika ia pergi untuk buang air kecil.”
[2]
Yang perlu menjadi catatan adalah bahwa tempat belajar pada waktu itu bukanlah di masjid karena tidak akan cukup. Akan tetapi, di sebuah lapangan luas yang dapat menampung banyak orang. Oleh karena itu, mereka berlomba-lomba untuk menjadi yang terdepan supaya dapat mendengarkan pengajian dengan jelas.
Wassalaamu’alaikum Warohmtullahi Wabarokatuh
Semoga bermanfaat Aamiin...
@FZM
[1] Inabatur Ruwaat ‘ala Anbain Nuhaat, 2/119. Dikutip dari Kaifa Tatahammasu li Tholabil ‘Ilmi Syar’i, hal. 26.
[2] Al Jaami’ li Akhlaaq Ar-Roowi wa Adab As-Saami’, 1/152. Dikutip dari Kaifa Tatahammasu li Tholabil ‘Ilmi Syar’i, hal. 27.