Reaktualisasi Nilai Nasionalisme Mahasantri Pada peringatan Hari Santri Nasional di Mabna Syarifah Mudaim
Pada tanggal 22 Oktober Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo menetapkan sebagai Hari Santri Nasional. Hal ini dapat dilihat pada keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 2015 yang ditandatangani pada 15 Oktober 2015 di Masjid Istiqlal, Jakarta. Ditetapkannya Hari Santri Nasional merupakan bentuk apresiasi peranan santri dalam memerjuangkan kemerdekaan Indonesia. Meskipun demikian, peringatan Hari Santri Nasional tidak hanya dikhususkan pada kalangan santri saja, melainkan juga pada masyarakat umum.
Mabna Syarifah Mudaim, dalam rangka memeriahkan Hari Santri Nasional mengadakan lomba untuk mahasantri. Lomba ini dilaksanakan pada tanggal 18-26 Oktober yang merupakan rangkaian Musabaqoh Maqolah Mahasantri. Lomba ini diadakan dengan tujuan mengasah kemampuan literasi mahasantri serta memberikan edukasi terhadap mahasantri akan pentingnya peranan santri dalam perkembangan agama, bangsa, dan negara.
Musabaqah Maqolah Mahasantri diiringi antusias positif dari mahasantri. Hal ini dapat dilihat dari jumlah peserta sebanyak 26 mahasantri yang merupakan delegasi dari setiap lorong di mabna. Hasil karya tulis peserta dikumpulkan dan dinilai oleh para pembina serta murabbiah Mabna Syarifah Mudaim dengan sangat teliti. Hingga pada akhirnya diputuskan tiga nama terbaik dalam Musabaqah Maqalah Mahasantri. Berikut nama-nama mahasantri pemenang Musabaqah Maqalah Mahasantri beserta tema yang diangkat dalam tulisannya:
Juara 1: Qanita Hamidah; Peran Santri Mengatasi Dekadensi Moral di Era Digital dalam Perspektif Budaya dan Sosial.
Juara 2: Siti Ramadhan Auliani: Peran Mahasantri terhadap keutuhan NKRI
Juara 3: Yuni Sulistiawati: Mahasantri Sebagai Agent of Change
Juara Harapan 1: Shera Amelia: Peran dan Strategi Mahasantri sebagai Influencer Paham Islam Moderat
Juara Harapan 2: Nurul Faadhilati : Santri di Penghujung Jalan Itu
“Memperingati hari santri adalah suatu bentuk apresiasi terhadap setiap santri yang ada di Nusantara. Peringatan dalam bentuk perlombaan menulis maqalah bisa membantu mahasantri lebih terbuka (open minded) tentang kepenulisan dan urgensinya. Dengan antusias yang tinggi dari mahasantri, semoga kegiatan tulis menulis dapat dikembangakan dan semakin baik kedepannya,” tutur Nur Ayisya Rosyida selaku ketua pelaksana.
Musabaqah Maqalah Mahasantri menjadi representasi mahasantri yang turut andil dalam perkembangan NKRI. Melalui perlombaan ini, mahasantri dapat mengaplikasikan nilai nasionalisme dalam bentuk tulisan yang diterbitkan sehingga dapat dinikmati oleh pembaca lainnya. Harapannya, nilai nasionalisme tidak hanya tertanam pada diri sendiri, melainkan memberikan nilai positif terhadap lingkungan sekitar.
Penulis: Anis Anfa’atul M. dan Tutik Handayani.