Bahagianya Menjadi Mahasantri

Oleh Nailil Huda Nuriz, Lc., M.Ed. Pengasuh ASPI / Dosen UIN Jakarta, disampaikan dalam acara Studium General Mahasantri Mahad Al-Jami’ah yang dirangkai dengan kegiatan Haflah At Takharruj pada tanggal 21 Juni 2016.

 

Anak adalah harapan dari orang tua, semua orang tua pasti menginginkan agar anaknya lebih baik dari orang tuanya, karena suatu hari nanti para orang tua akan di minta pertanggung jawaban atas anak2 nya, maka para orang tua berupaya dapat mendidik anak2 nya sebaik mungkin agar bisa bermanfaat nantinya. Tidak ada satupun orang tua yang ingin menjerumuskan anaknya ke jalan yang gelap. Dan mendukung kalian agar dapat menjadi sarjana adalah bagian dari cara orang tua mendidik kalian, mereka mempunyai harapan besar agar anak anaknya mampu berprestasi melebihi orang tuanya. Mengantarkan kalian untuk masuk ke pesantren mahasiswi – asrama putri – Ma’had al Jamiah  adalah bagian dari cara orang tua mendidik putra putrinya. Untuk itu kami sebagai pengelola Ma’had al Jamiah memegang teguh amanah ini, yaitu menjadi orang tua pengganti selama berada di kampus UIN Syarif Hidayatullah jakarta.

 

Setahun terasa sangat singkat, banyak hal yang belum kita capai karena kita mempunyai berjuta impian. Namun tidak ada salahnya kita mereview kembali tentang fakta bahagianya menjadi seorang mahasantri ma’had al Jamiah :

 

  1. Orang tua di kampung halaman merasa tenang putra putrinya di Ciputat aman tentram.
  2. Sholat berjamaah, tadarusan, yasinan, ada yang mengingatkan jika malas
  3. Terbawa tradisi sholat malam dan dhuha
  4. Termotivasi puasa sunnah
  5. Berani berbahasa Arab dan English
  6. Belajar disiplin dan mandiri
  7. Mahasantri jauh dari pergaulan bebas
  8. Mahasantri memperoleh ilmu lebih baik ilmu akademik maupun non akademik
  9. Mahasantri rajin mendoakan orang tuanya

 

Inilah beberapa manfaat dan bahagianya berada di lingkungan Ma’had Al Jamiah.

 

Tidak ada kata terlambat dalam mendidik anak anak,  pada kesempatan  Haflah Takhorruj ini bunda ingin menyampaikan beberapa hal sebagai bekal kalian smua ketika keluar meninggalkan Ma’had al Jamiah :

 

  1. اعلم ان الباب الاعظم الذي يدخل منه إبليس على الناس هو الجهل
    “Ketahuilah, sesungguhnya pintu terbesar manusia yang dimasuki oleh iblis adalah kebodohan” (al-Hafidz Imam Ibnul Jauzi al-Hanbali)
  2. Motto pendidikan: “Berbudi tinggi, berbadan sehat, berpengetahuan luas dan berpikir bebas. (TRIMURTI)
  3. Imam As-Syafi’i Ra berkata, tidak akan bahagia orang yang mencari ilmu disertai tinggi hati dan kemewahan hidup. Tetapi yang berbahagia adalah orang yang mencari ilmu disertai rendah hati, kesulitan hidup dan khidmah pada ulama.

 

  1. Sebesar keinsyafanmu sebesar itu pula keuntunganmu. (KH. Imam Zarkasyi)

 

  1. Pesantren itu lembaga paling tua dalam pencetak kader akhlaq anak bangsa mulai merebut kemerdekaan dan mengisi kemerdekaan” (Muhammad Musthofa Aqil Siradj), dan Ma’had al Jamiah beserta seluruh mahasantrinya adalah bagian dari amanah mendidik generasi bangsa, jadi bersungguh sungguh dalam menimba ilmu adalah hal yang mutlak sebagai seorang mahasantri.

 

  1. Ingat, dimanapun dan kapanpun kalian semua sudah punya stempel mahasantri. Dan mahasantri harus mampu memiliki dhomir / nurani. Nurani inilah yang harus kita asah. Jangan sampai kita bosan menjadi manusia yang baik. Apabila nurani kita arahkan untuk melahirkan perbuatan baik, akan semakin bagus. Tapi apabila sebaliknya, kita tidak memakai nurani itu untuk kebaikan maka ia akan menjadi rusak. Sabda Rasulullah Saw :

ألا في الجسد مضغة، فإن صلحت صلح الجسد كله وإن فسدت فسد الجسد كله، ألا وهي القلب.

“ketahuilah, sesungguhnya di dalam tubuh ada segumpal daging. Apabila ia baik, maka baiklah seluruh tubuh, dan apabila ia rusak maka rusaklah seluruh tubuh. Ketahuilah (segumpal daging) itu adalah hati.”

 

  1. Seorang yang berbudi atau yang mu’min, tidak iri atau dengki, tetapi berkata pada dirinya sendiri :
    “Biarkan kami miskin harta, asal jangan miskin jasa”
    “Biar kami miskin benda lahiriyah, asal jangan miskin budi, jasa atu amal”.
    Seorang mu’min akan merasa bahagia, apabila ia beramal dan merasa bahagia kalau telah dapat untuk kebaikan masyarakat.
    Seorang mu’min selalu merasa bersyukur karena menyadari karunia Allah yang amat banyak, atau dirasakan sangat banyak. Jadi setiap hari haruslah bersyukur dan gembira.

 

  1. Kepada mahasantri yang masih tetap melanjutkan pengabdian di Ma’had al Jamiah: Berjasalah tapi jangan minta jasa, setiap tahun akan selalu ada regenerasi pengurus asrama, patah tumbuh hilang berganti, siapapun yang meneruskan perjuangan Ma’had al Jamiah agar tetap berpegang teguh pada prinsip : Keikhlasan, kesederhanaan, berdikari, ukhuwah Islamiyah, dan kebebasan.

 

  1. Pesan yang selalu diulang-ulang bunda tanpa bosan kepada smua mahasantri setiap Haflah Wadaa adalah “ اتّق الله حيثما كنتَ “ Bertaqwalah kepada Allah swt Dimana Pun Anda berada.

Jika mahasantri sudah melekatkan Taqwa dalam dirinya, Insyallah Bunda tidak gelisah melepas kalian smua untuk hidup di luar lingkungan Ma’had al Jamiah.

 

 

Adapun harapan kami para pengasuh setingkat lebih dari itu semuanya. Anak – anakku yang kami bangga banggakan, yang kami harap harapkan, anak anakku yang selalu kami doakan mahasantri yang diwisuda pada hari ini supaya menjadi pemuda pemudi yang diandalkan sebagai pemuda pejuang yang mempunyai rasa tanggung jawab atas kesejahteraan umat dan kemajuan agama serta kesejahteraan bangsa Indonesia yang berjuang tidak untuk diri sendiri.
Anak anakku dalam kehidupan akan kita temui hama-hama perjuangan, yang lazimnya menerpa mahasantri dalam mencapai cita citanya adalah  hama berbentuk kemalasan. Malas jika fasilitas tidak memadai, malas jika banyak aturan, malas jika tidak dapat apresiasi, malas jika pekerjaan tersebut bikin capek, malas dengan segudang alasan, dan malas menyebabkan kebodohan dan bodoh menjadi pangkal konflik. Lihatlah bagaimana bangsa Indonesia saat ini sedang dilanda berbagai macam konflik. Konflik ideology, politik, sosial, budaya, ekonomi dan lain lain. Boleh jadi smua itu berpangkal dari kemalasan ummat Islam, dari kita semua yang malas untuk belajar dan kita semua yang senang dan mudah dibodohi.

 

Mahasantri adalah agen perubahan. Mahasantri yang nantinya sebagai pendidik dan penerus estafet kepemimpinan bangsa ini. Di pundak kalian amanah bangsa ini, di tangan kalian nama baik Ma’had al Jamiah diperjuangkan. Semoga anak – anakku dapat berjuang dengan sebenar – benarnya dan dapat diandalkan serta tahan terhadap hama perjuangan.

 

Bahagianya menjadi mahasantri, karena telah disematkan sebagai agen perubahan. Sebagai khalifah fil Ardhi, pemangku kemaslahatan di muka bumi ini. Selamat kepada kalian smua karena telah lulus dengan khusnul khotimah diasah selama satu / dua tahun di Ma’had al Jamiah. Semoga selalu dalam lindungan dan Rahmat Allat swt. Aamiin.

 

ASPI, 21 Juni 2016

Nailil Huda Nuriz